PANGKALPINANG – Hutan Mangrove merupakan jenis hutan yang umumnya dijumpai tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir. Biasanya didominasi oleh tumbuhan Mangrove dan pohon Bakau-bakauan yakni tumbuhan-tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan air asin berkadar garam tinggi.
“Mungkin banyak dari kita yang selama ini tahu manfaat hutan Mangrove hanya sebagai pencegah abrasi di daerah pesisir. Padahal, banyak manfaat hutan Mangrove untuk lingkungan, flora, fauna dan masyarakat sekitarnya. Hutan Mangrove menjadi habitat bagi beberapa jenis makhluk hidup dan organisme”, ujar IMMawan Andika Juliansyah dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/7/2024).
Mahasiswa Konservasi Sumber Daya Alam Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung ini menyebut, ketika hutan Mangrove hilang dan mengalami alih fungsi lahan, makhluk hidup dan organisme yang menghuninya pun turut terancam. Menurutnya, mengubah hutan Mangrove menjadi lahan tambang merupakan salah satu ancaman terbesar bagi ekosistem pesisir.
“Hutan Mangrove memiliki peran ekologis, ekonomi, dan sosial yang sangat penting, dan konversi hutan Mangrove untuk kegiatan pertambangan dapat menyebabkan kerugian yang besar dan sulit untuk dipulihkan. Penghilangan hutan Mangrove untuk tambang dapat menyebabkan ketidakstabilan tanah dan peningkatan erosi pantai, mengakibatkan hilangnya lahan dan peningkatan risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor”, jelasnya.
Andika Juliansyah menambahkan, sudah banyak kasus penambang ilegal di hutan Mangrove yang ada di Bangka Belitung. Andika mencontohkan di Desa Slingsing, Kecamatan Damar Kabupaten Belitung Timur.
“Kejahatan pertambangan ini merusak lingkungan, merusak ekosistem Mangrove, juga merusak mata pencaharian warga termasuk nelayan yang sangat tergantung hidup dengan ekosistem Mangrove.
Penghilangan hutan mangrove dapat mengurangi populasi ikan dan berdampak negatif pada produktivitas perikanan, yang pada gilirannya mempengaruhi mata pencaharian nelayan dan komunitas pesisir”, keluh Andika.
Bahkan, tambah Andika, dapat mengurangi daya tarik di sektor pariwisata dan juga berdampak negatif pada industri pariwisata lokal, serta mengurangi pendapatan bagi komunitas yang bergantung pada pariwisata. Baginya penghilangan hutan Mangrove dan kegiatan pertambangan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan yang berdampak negatif pada kesehatan masyarakat sekitar.
“Polusi air dan udara yang dihasilkan oleh aktivitas tambang dapat meningkatkan risiko penyakit bagi penduduk setempat. Mengubah hutan Mangrove menjadi lahan tambang adalah ancaman serius yang dapat menyebabkan kerusakan ekologis, ekonomi, dan sosial yang luas”, kata Andika.
Andika sampaikan bahwa hutan Mangrove memainkan peran vital dalam melindungi lingkungan pesisir, mendukung keanekaragaman hayati, dan menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat lokal.
“Oleh karena itu, penting untuk melindungi dan melestarikan hutan Mangrove melalui pendekatan pembangunan yang berkelanjutan, restorasi habitat, dan pengembangan alternatif ekonomi yang ramah lingkungan. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa ekosistem Mangrove yang berharga ini tetap terjaga untuk generasi mendatang”, tutupnya. (Red/**)