Oleh : Rusi Sartono, S.IP
Wakil Ketua DPRD Bangka Selatan Fransi Partai Gerindra
BANGKA SELATAN – Milad ke-112 Muhammadiyah merupakan momentum reflektif yang penuh makna, terutama dalam konteks perubahan sosial, perkembangan pendidikan, dan kontribusi keagamaan di Indonesia. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar dan tertua di Tanah Air, Muhammadiyah memiliki perjalanan panjang yang tidak hanya mencerminkan dinamika perjuangan umat Islam, tetapi juga transformasi masyarakat secara keseluruhan. Dengan visi tajdid (pembaruan), Muhammadiyah senantiasa relevan dalam setiap zaman, menghadirkan pembaharuan dalam pemikiran keislaman dan praksis sosial yang memberi dampak luas.
Sejak didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 18 November 1912, Muhammadiyah telah mengukuhkan diri sebagai organisasi yang membawa semangat reformasi. Prinsip kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah menjadi landasan utama yang memandu gerak langkahnya. Dalam konteks ini, Muhammadiyah menolak stagnasi pemikiran yang menghambat kemajuan umat, sekaligus menghindari fanatisme yang dapat memecah belah masyarakat. Spirit ini yang menjadikan Muhammadiyah sebagai pelopor pendidikan Islam modern di Indonesia, dengan mendirikan sekolah-sekolah yang mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat keimanan, tetapi juga membekali umat dengan keterampilan yang relevan di era modern.
Peringatan Milad ke-112 Muhammadiyah juga menjadi kesempatan untuk menegaskan kembali pentingnya peran organisasi ini dalam membangun peradaban Islam berkemajuan. Konsep “Islam Berkemajuan” yang menjadi tagline Muhammadiyah dewasa ini bukan sekadar slogan, melainkan cita-cita yang didasari pada pemahaman bahwa Islam adalah agama yang memajukan akal, moral, dan peradaban manusia. Dalam kerangka ini, Muhammadiyah tidak hanya terlibat dalam isu-isu keagamaan, tetapi juga memberikan perhatian besar pada persoalan pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan hidup. Komitmen multidimensional ini menjadi bukti konkret bahwa Muhammadiyah memahami Islam sebagai agama yang membumi, relevan dengan persoalan-persoalan aktual yang dihadapi masyarakat.
Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah telah mencetak sejarah gemilang. Hingga saat ini, organisasi ini telah mendirikan ribuan sekolah, madrasah, dan universitas di seluruh penjuru negeri. Institusi-institusi pendidikan Muhammadiyah menjadi kawah candradimuka bagi lahirnya generasi cendekiawan muslim yang tidak hanya kompeten di bidang akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat. Pendidikan Muhammadiyah menekankan integrasi antara ilmu dan iman, serta penanaman nilai-nilai keislaman yang moderat, inklusif, dan toleran. Dengan demikian, Muhammadiyah turut berkontribusi dalam membangun masyarakat yang berkeadaban dan berkeadilan sosial.
Selain pendidikan, sektor kesehatan juga menjadi perhatian utama Muhammadiyah. Rumah sakit dan klinik Muhammadiyah yang tersebar di berbagai daerah telah memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat, khususnya kalangan dhuafa. Langkah ini sejalan dengan misi Muhammadiyah sebagai organisasi yang memihak kaum lemah dan tertindas. Dalam konteks pandemi COVID-19, Muhammadiyah menunjukkan ketangguhan dan komitmen sosial yang luar biasa. Melalui Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC), organisasi ini terlibat aktif dalam upaya penanganan pandemi, mulai dari edukasi kesehatan, distribusi alat pelindung diri, hingga pelaksanaan vaksinasi massal. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa Muhammadiyah tidak hanya berbicara tentang keadilan sosial, tetapi juga bertindak untuk mewujudkannya.
Muhammadiyah juga tidak pernah absen dalam merespons isu-isu kebangsaan. Sebagai organisasi yang lahir di tengah perjuangan melawan penjajahan, Muhammadiyah memiliki DNA perjuangan yang selalu berpihak pada nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. Dalam sejarahnya, Muhammadiyah terlibat aktif dalam mendukung kemerdekaan Indonesia, bahkan menjadi salah satu organisasi yang memperjuangkan pengakuan atas Pancasila sebagai dasar negara. Hingga kini, Muhammadiyah terus memperjuangkan nilai-nilai keislaman yang sejalan dengan semangat kebangsaan, tanpa terjebak dalam politik praktis. Sikap ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah memahami posisinya sebagai gerakan moral yang mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan kelompok atau golongan.
Namun, di tengah berbagai capaian gemilang tersebut, Milad ke-112 ini juga harus menjadi momen introspeksi. Muhammadiyah perlu merefleksikan kembali tantangan yang dihadapi di era disrupsi dan globalisasi. Kemajuan teknologi informasi, perubahan lanskap politik global, serta meningkatnya polarisasi sosial di tingkat lokal maupun internasional, menuntut Muhammadiyah untuk terus beradaptasi dan memperbarui strategi dakwahnya. Dakwah kultural yang inklusif, berbasis dialog, dan berorientasi pada solusi menjadi sangat penting untuk menjawab tantangan zaman.
Salah satu tantangan utama yang harus dihadapi Muhammadiyah adalah bagaimana memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas jangkauan dakwahnya. Era digital memberikan peluang besar bagi Muhammadiyah untuk menyampaikan pesan-pesan Islam Berkemajuan kepada khalayak yang lebih luas. Namun, di sisi lain, era ini juga menghadirkan ancaman berupa maraknya hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme digital. Oleh karena itu, Muhammadiyah perlu memperkuat literasi digital di kalangan anggotanya, sekaligus mengembangkan platform dakwah yang kreatif dan inovatif. Langkah ini akan memastikan bahwa Muhammadiyah tetap relevan di era yang serba cepat dan dinamis.
Di sisi lain, Muhammadiyah juga perlu memperkuat perannya dalam isu-isu lingkungan hidup. Krisis iklim yang semakin nyata menuntut keterlibatan semua pihak, termasuk organisasi keagamaan, dalam mencari solusi yang berkelanjutan. Sebagai organisasi yang memiliki basis massa yang luas, Muhammadiyah memiliki potensi besar untuk menggerakkan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan. Program-program seperti penghijauan, pengelolaan sampah, dan edukasi lingkungan bisa menjadi bagian dari dakwah Muhammadiyah yang membumi. Hal ini sejalan dengan konsep Islam sebagai rahmatan lil alamin, di mana umat Islam bertanggung jawab tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada alam semesta.
Lebih jauh lagi, Muhammadiyah juga perlu memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dalam era globalisasi, kerja sama lintas sektor menjadi sangat penting untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Muhammadiyah dapat membangun sinergi dengan organisasi keagamaan lain, lembaga pemerintah, maupun organisasi internasional untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian. Kolaborasi semacam ini tidak hanya akan memperluas dampak dakwah Muhammadiyah, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai aktor global dalam gerakan keislaman.
Pada akhirnya, Milad ke-112 Muhammadiyah adalah lebih dari sekadar perayaan; ini adalah momen untuk menegaskan kembali komitmen Muhammadiyah dalam membangun peradaban Islam yang berkemajuan. Dengan memadukan visi tajdid, semangat keislaman yang inklusif, dan komitmen pada isu-isu sosial, Muhammadiyah memiliki potensi besar untuk terus menjadi motor penggerak perubahan di Indonesia dan dunia. Tantangan zaman yang semakin kompleks tidak boleh menjadi alasan untuk berpuas diri, tetapi justru harus menjadi pendorong untuk terus berinovasi dan beradaptasi.
Sejarah panjang Muhammadiyah telah membuktikan bahwa organisasi ini mampu bertahan dan berkembang di tengah berbagai dinamika. Kunci keberhasilan ini adalah visi yang jelas, kepemimpinan yang kuat, dan komitmen yang teguh pada nilai-nilai Islam. Dengan modal ini, Muhammadiyah dapat terus melangkah maju, menghadirkan solusi bagi persoalan-persoalan umat, dan menjadi cahaya yang menerangi jalan menuju peradaban Islam yang lebih baik. Milad ke-112 ini adalah pengingat bahwa perjalanan masih panjang, tetapi dengan semangat kebersamaan dan kerja keras, tidak ada tantangan yang terlalu besar untuk dihadapi.